Ngopi dengan kolega (kawan sepekerjaan) sering saya lakukan kala di kampus. Dengan dosen ya oke, tenaga kependidikan oke lagi, apalagi dengan mahasiswa, alumni maupun teman lintas organisasi dan lembaga oke banget.
Saya merasakan dan melihat orang ngopi itu seperti loss. Tidak ada beban. Padahal, dalam dirinya 'kemungkinan' banyak problem yang tersimpan. Hanya saja, tidak diungkapkan dan cukup sebagai pengetahuan pribadi tepatnya.
Kala ngopi dengan dosen --sebagai misal, yang dibicarakan adalah hal-hal ringan perihal apa saja. Tema organisasi ya dibicarakan. Pemerintahan ya dibicarakan. Hingga terkadang sedikit curhat perihal isu terkini di kampus juga didiskusikan. Itu jika dosen yang ngopi banyak.
Bila saya ngopi dengan dosen 'a' sebagai misal, maka konteks pembicaraannya tidaklah umum. Sebagai misal, saya pernah ngopi dengan salah satu dosen perihal website, itu sebab dia sebagai pejabat bidang teknologi di kampus.
Adapun saya, sedang ada hajat perihal website, baik yang saya miliki atau yang belum dimiliki oleh Perpustakaan Unugiri.
Kemudian kala ngopi dengan salah satu dosen yang punya minat dengan 'gender', maka pembicaraan saya dengannya lebih diarahkan pada latar belakang kecenderungannya.
Alhasil, barokah diskusi sambil ngopi itulah, ia kemudian melahirkan tulisan yang tayang di media massa ternama di Kabupaten Bojonegoro. Klik saja, ha ha.
Dengan Tendik
Saat ngopi dengan tenaga kependidikan (tendik) sebagai misal, saya lebih kepada pokok pembicaraan mengapa saya menginginkan bertemu dia.
Pernah beberapa kali saya ngopi dengan tendik kampus. Kebetulan, dia ahli dibidang live streaming sebuah acara via youtube. Maka ketika saya janjian ngopi dan bertemu, pembicaraan yang kami lakukan adalah perihal permohonan untuk membantu livekan acara perpus.
Kemudan kepada tendik lain kala ngopi, yang saya bicarakan juga adalah perihal permohonan izin bilamana jadi, saya minta mengagendakan untuk menyopiri. Itu sebab, membawa mobil kampus.
Bisa juga ngopi dengan tendik, tidak melulu 'ada' hajat tertentu, tetapi sebagai terima kasih sudah dibantu untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi maksud kita. Itu karena, keinginan kita kebetulan tendi memiliki keterampilan mumpuni.
Beserta Kolega
Kepada kolega --di luar kampus, yang saya bicarakan juga sama berbasis tujuan. Sebagai misal dengan wartawan media nasional, tujuan kala bertemu adalah memintanya untuk 'berkenan' memberi materi pada salah satu kelas jurnalistik yang saya ampu.
Lalu dengan kolega dalam bidang penyelesaikan projeck buku, yang kami bicarakan juga bertujuan. Mulai dari progress layout isi-sampul, hingga kemudian komunikasi pembayaran kepada yang order.
Hal yang lain perihal pembuatan legalitas CV --sebagai misal, serta website yang akan menjadi rumah promosi penerbit baru, juga menjadi topik pembicaraan yang memiliki maksud baik dari sebuah pertemuan.
Terhadap beberapa perilaku ngopi yang saya sampaikan di atas, yakni yang punya maksud mengapa pertemuan tersebut 'perlu' diadakan, terdapat kata mutiara Arab mengatakan 'la takallam bima la ya'nika, wa da'il kalama fi katsiri mimma ya'nika hatta tajida lahu maudi'an'.
Yang artinya, janganlah bicara sesuatu yang tidak bermanfaat bagimu, dan janganlah berbicara sesuatu yang penting bagimu, sampai kau menemukan tempat yang sesuai.
Walau sekelas ngopi, tetapi berbicara kepada orang yang diajak berbicara kudu punya manfaat yang dalam KBBI daring punya guna, faedah.
Jika demikian, keperluan hadir di warung kopi bersama orang lain, adalah untuk menyatakan suatu kepentingan yang memiliki guna bagi yang mengundang dan yang diundang.
Kemudian bilamana ada hal penting --yang itu hanya bisa dibicarakan berdua sebagai misal, berdasarkan mutiara Arab di atas kita diminta untuk mencari tempat yang lebih privat.
Hal itu, karena yang dibicarakan tidak untuk ranah publik. Melainkan ranah pribadi demi terjaganya privasi yang dibacarakan, atau orang yang dimaksud dalam pembicaraan.
Mari ngopi yang kaya maksud pembicaraan ya gaes.

0 Komentar