Minggu (21/12/25) saya diminta untuk memberi kata sambutan kala ada kegiatan Masa Pengenalan Anggota Baru (MPAB) UKM Al-Banjari Syauqul Mustofa Unugiri yang bertempat di Gedung Lt.2 PCNU Kabupaten Bojonegoro.
Saya sampaikan bila setiap kepengurusan berganti, pengurus hari ini yang baru kebetulan juga mendapatkan pembina yang baru. Dan itu adalah saya. Agar UKM ini eksis sampai kapan pun; Pertama, tentu masa pengenalan kepada anggota baru kudu yang baik.
Sehingga, hal-hal ‘yang kurang baik’ bisa tidak diteruskan atau distop detik ini saja. Jangan dilanjutkan. Jangan pula diteruskan. Serta jangan pula diwariskan menjadi tradisi yang merugikan banyak orang hingga melahirkan perilaku ‘malas’ ikut aktif diorganisasi.
Kala berada di Perpustakaan Unugiri, Sabtu (20/12/25) saya tidak sengaja membaca buku karya Syahminan Zaini berjudul ‘Jalur Kehidupan Muslim Menurut Al-Qur’an’ (1990: 1).
Sang penulis dengan mengutip Prof. N. Dryarkara SJ mengatakan, bila suara hati manusia adalah suara Tuhan yang terekam di dalam jiwa kita sebagai manusia.
Oleh karenanya, bilamana kita ‘mau’ melakukan perbuatan tidak baik atau tidak patut, pasti suara hati kita akan melarang. Jika kita kemudian masih bandel –tetap melanjutkan perbuatan yang tidak baik-patut, di sinilah suara hati kita akan menasehati.
Jika kemudian tetap dilanjutkan, maka pasti akan menyesal.
Apa yang dikutip oleh Zaini bila kemudian saya hubungkan dengan UKM ini adalah, perihal perilaku yang kurang baik yang ada pada diri kita marilah untuk sejenak mendengar nasehat ‘suara hati’.
Sebagai contoh, perilaku ‘disiplin’ yang dalam KBBI daring berarti taat atau patuh kepada peraturan atau informasi yang dibuat oleh UKM.
Sehingga bila acara MPAB akan berlangsung pada pukul 08.00 Wib mulai pembukaan, kudu dimulai tepat waktu berapa pun yang hadir.
Jika kita mengerti berdasarkan aturan –dalam hal ini undangan, bila kegiatan akan berlangsung pukul 08.00 Wib, tentu suara hati kita akan ‘mengajak’ untuk bisa hadir tepat waktu.
Kemudian jika kita mengindahkan –artinya tidak mendengar suara hati untuk disiplin, kita akan menyesal. Itu karena, kita telah menampilkan diri kepada orang lain sebagai pribadi yang ‘abai’ dari kedisiplinan.
Kedua, UKM banjari ini punya peran yang banyak. Utamanya adalah tradisi Nahdlatul Ulama yang kental dengan asrokolan atau barjanji. Sehingga, UKM ini bisa memperkuat tradisi itu.
Alhasil acara apapun akan bisa diselipi dengan tradisi tersebut, agar selaras dengan tagline Unugiri ‘religius’ secara nyata dan kental.
Apalagi, hadirnya UKM pada kegiatan-kegiatan yang ada di kampus, akan turut serta menambah branding keberadaan banjari sebagai warisan Islam klasik.
Oleh sebab peran strategis yang banyak itulah, kala sambutan juga saya sampaikan kepada pengurus, alumni, dan anggota yang baru bila teman-teman mau berubah –dalam hal ini disiplin, on time dikegiatan, saya mau jadi pembina.
Sebaliknya, bila tidak mau berubah, mohon dengan segala kerendahan hati, saya akan mengundurkan diri dan silahkan usulkan pembimbing yang baru.
Lalu, mengapa hal ini perlu saya sampaikan?
Kepada mereka semua saya jelaskan, untuk membentuk budaya disiplin itu butuh kelompok, teman; dan bukan dijalankan oleh segelintir orang. Berat, kata saya kepada mereka.
Karenanya melalui UKM Al-Banjari inilah, kita bisa menjadi kelompok pelopor kedisiplinan.
Saya sampaikan pula dengan posisi mic yang saya turunkan –agar tidak begitu terdengar bilamana ada pengurus PCNU yang lewat, bila perihal kedisiplinan ini ‘masih’ menjadi PR yang perlu dirubah di NU.
Kemudian manfaat bila berdisiplin yang lain, kita semua bisa menyelesaikan aktivitas pribadi-pribadi tanpa mengalami penundaan –oleh sebab molor.
Alhasil, organisasi dapat, hajat pribadi juga jalan. Sehingga, UKM Al-Banjari menjadi rumah yang menyenangkan untuk menyiapkan generasi Islam yang ikhlas, bertanggung jawab dan amanah.
Banjari
Perihal seni musik Islam banjari, saya sampai riset kecil dan mengambil tiga saja untuk saya baca dan pahami. Sebagai pengetahuan bila ‘banjari’ itu menurut Ruchiat dalam Fajar & Ramlie, (2023: 9) berasal dari Kalimantan.
Irama yang cepat, lincah, dan serbaguna membuat seni ini masih popular untuk kalangan anak muda.
Oleh karena masih popular inilah, bagi saya warisan seni Islam ini bisa dijadikan sarana untuk memperkuat spiritualitas –dalam hal ini semangat beragama Islam, semakin terbentuk dan tertautkan lebih kuat.
Bahkan menurut Habibi et al., (2024: 220) banjari ini bukan sekadar memberi manfaat hiburan. Lebih dari itu ia merupakan sarana mengungkapkan cinta (mahabbah) dan ketaatan kepada Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena saking pentingnya kehadiran ‘banjari’ dalam hal ungkapan cinta kepada kekasih Allah Swt, menurut Nisa’ et al., (2025: 2732) kehadirannya tidak sekadar sebagai wadah melestarikan budaya religious, tetapi juga menumbuhkan bakat dan kreativitas mahasiswa.
Berdasar pada literatur sebagaimana saya sebutkan di atas, tentu secara fungsi kehadiran UKM Al-Banjari Syauqul Mustofa Unugiri menjadi penting.
Tidak lain, agar budaya religious terwujud. Islami nyata terasa melalui insert lantunan sholawat yang diiringi oleh rebana.

0 Komentar